• WIDYASWARA, SANG PENCIPTA LAGU

    Widyaswara lahir di kota Surabaya dengan bintang Sagitarius. Sekarang mengajar seni budaya di SMP Dhaniswara, SMP Maryam dan SMA Maryam. Lagu-lagu anak seperti ulang tahun, bangun pagi, rumahku istanaku telah digemari di lingkungan sekolah

  • A.T. MAHMUD, LAGU PELANGI KARYA ABADINYA

    Masagus Abdullah Mahmud atau lebih dikenal dengan nama A.T. Mahmud (lahir di Kampung 5 Ulu Kedukan Anyar, Palembang, Sumatera Selatan, 3 Februari 1930 – meninggal di Jakarta, 6 Juli 2010 pada umur 80 tahun) adalah seorang pencipta lagu asal Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia. Dia dikenal luas oleh masyarakat melalui lagu anak-anak ciptaannya.

  • IBU SOED

    Saridjah Niung (lahir di Sukabumi, Jawa Barat pada 26 Maret 1908[1] - meninggal tahun 1993 pada usia 85 tahun; lebih dikenal sebagai Saridjah Niung Bintang Soedibjo setelah menikah dan lebih dikenal dengan nama Ibu Soed) adalah seorang pemusik, guru musik, pencipta lagu anak-anak, penyiar radio, dramawan dan seniman batik Indonesia. Lagu-lagu yang diciptakan Ibu Soed sangat terkenal di kalangan pendidikan Taman Kanak-kanak Indonesia.

  • PAPA T. BOB

    Papa T Bob (lahir 22 Oktober 1960; umur 52 tahun) merupakan seorang pencipta lagu berkebangsaan Indonesia. Dia dikenal luas oleh masyarakat melalui lagu anak-anak ciptaannya. Untuk mencipta lagu, Papa harus melihat wajah penyanyinya. Setelah bertemu si anak, ia bisa membayangkan lagu seperti apa yang pantas. Tatap muka sangat penting. Kalau tidak bertemu, Papa menolak mencipta lagu. Joshua termasuk penyanyi yang pernah ditolak.

  • PAK KASUR

    Soerjono atau biasa dipanggil Pak Kasur (Purbalingga, Jawa Tengah, 26 Juli 1912 - 1992) adalah seorang tokoh pendidikan Indonesia. Namanya berasal dari julukan "Kak Soer" yang biasa digunakan oleh anak buahnya di Gerakan Kepanduan. Ia mulai menjadi guru di HIS Ardjoena School, Bantul, Yogyakarta. Kemudian ia melanjutkan pendidikan di HIK, Bandung. Setelah Indonesia merdeka ia mengasuh acara anak-anak di RRI, dan menciptakan beberapa lagu seperti Naik Delman, Bangun, Sepedaku, Kebunku, dan lain-lain

  • This is Slide 6 Title - NewBloggerThemes.com

    This is slide 6 description. Go to Edit HTML and find this content. Replace it your own description.

Senin, 29 April 2013

Posted by indonesian-kids.blogspot.com
No comments | 08.12
Bondan Prakoso (lahir 8 Mei 1984; umur 28 tahun) adalah pemusik Indonesia yang mengawali karier bermusik sebagai penyanyi cilik pada tahun 80-an. Berkat album Si Lumba-lumba namanya melambung. Alumni D3 Sastra Belanda Universitas Indonesia ini memulai karier remaja dan dewasanya saat membentuk band Funky Kopral ditahun 1999 hingga tahun 2002. Kini ia membentuk band baru bernama Bondan Prakoso & Fade 2 Black.

Bondan Prakoso adalah anak kedua dari tiga bersaudara pasangan dari Lili Yulianingsih dan Sisco Batara ini mengawali kariernya sebagai penyanyi cilik di era 80-an hingga awal tahun 90-an. Album perdananya yang bertitel Si Lumba-Lumba sukses dipasaran dan mencuatkan namanya.
Ditahun 1998, Bondan membentuk band Funky Kopral , sebagai bassist, hingga merilis 3 buah album. Bahkan album kedua band ini diganjar penghargaan AMI Sharp Awards ditahun 2001 untuk kategori Group Alternatif Terbaik. Ditahun 2003, Funky Kopral merilis album ketiga mereka dengan kolaborasi bersama Setiawan Djodi dengan hits singel Tokek dan lagi-lagi diganjar penghargaan AMI Sharp Awards ditahun 2003 untuk kategori Kolaborasi Rock Terbaik.
Sayang, setelah album ketiga dirilis, ia mengundurkan diri dari Funky Kopral. Hingga ditahun 2005 ia membentuk band baru bernama Bondan Prakoso & Fade 2 Black dengan genre musik Pop Rock yang dipadu dengan Rap. Dengan band barunya ini, Bondan diganjar penghargaan serupa, yakni AMI Sharp Awards ditahun 2008 untuk kategori Group Rap Terbaik.
Sebelumnya, di tahun 2006 Bondan bersama 12 orang pemain bass dari berbagai band di Indonesia seperti Thomas "GIGI", Rindra "Padi", Bongky "BIP", Adam Sheila on 7 dan bassist Indonesia lainnya diganjar penghargaan oleh MURI untuk penghargaan Penampilan Bassist terbanyak dalam satu panggung.
Posted by indonesian-kids.blogspot.com
No comments | 07.28
Memasuki era milenium, anak-anak Indonesia mulai kehilangan arah. Bagaimana tidak? Lagu-lagu anak beserta para penyanyi ciliknya raib satu-persatu. Setelah era Joshua, nyaris tidak ada lagi biduan kecil yang melantunkan nada-nada khusus untuk usia anak-anak. Papa T. Bob dan para sejawatnya pun tak lagi berkarya karena pasar tak lagi mau melirik.
Harus diakui, anak-anak Indonesia masih membutuhkan sosok seperti Papa T. Bob. Sosok yang mengerahkan segenap kemampuannya demi terciptanya lagu-lagu yang memang pantas dinikmati untuk usia anak-anak.
Jangan sampai generasi muda Indonesia kehilangan jatidirinya. Sudah saatnya anak-anak Indonesia di era sekarang mendapat tuah sakti dari para tokoh seperti Papa T. Bob.  Anak-anak Indonesia harus memperoleh kembali masa-masa yang selama ini hilang ditelan gemerlapnya dunia hiburan yang hanya berorientasi pada keuntungan sepihak belaka.

Jumat, 12 April 2013

Posted by indonesian-kids.blogspot.com
No comments | 08.12
Budaya mencukur rambut si kecil telah dikenal turun temurun. Para umat muslim biasa menyelenggarakan upacara cukuran saat anaknya berusia 40 hari dengan maksud membersihkan atau menyucikan rambut si kecil dari segala macam najis dan diharapkan nantinya si kecil akan tumbuh sehat dan dijauhkan dari berbagai macam penyakit. Selain itu upacara ini juga merupakan ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan yang telah mengaruniakan seorang anak.
Pada pelaksanaan upacara ini biasanya para pemuka agama setempat akan hadir dan membacakan doa-doa. Si kecil digendong bapak atau kakeknya akan digunting rambutnya oleh semua yang hadir dengan cara mencelupkan gunting terlebih dahulu ke dalam air kembang 7 rupa sebelum menggunting beberapa helai rambut si kecil. Potongan rambut diletakkan di dalam kelapa hijau yang telah dilubangi atasnya. Berikutnya para penggunting rambut ditetesi minyak wangi pada bajunya, beberapa hari kemudian barulah rambut bayi dicukur habis.
Seluruh potongan rambut si kecil ditimbang di timbangan emas dan dinilai seharga nilai emas yang nantinya akan disumbangkan kepada fakir miskin sebagai sedekah. Setelah ditimbang barulah kelapa yang berisi rambut dikubur.
Sedekah disini mengandung harapan agar si kecil kelak menjadi orang yang bermanfaat bagi masyarakat, nusa, bangsa dan agama, serta berbakti kepada orang tuanya. Ini mengingatkan kepada kelapa yang seluruh bagian pohonnya berguna bagi manusia.
Tradisi orang timur
Di Thailand ada upacara Khwan yang diselenggarakan saat si kecil berusia satu bulan. Upacara ini terbagi menjadi 2 tahap dimana tahap pertama rambut si kecil akan dicukur habis oleh biksu/pemuka agama Budha dan ditempatkan pada wadah yang terbuat dari kulit pisang dan kemudian diapungkan ke air. Tahap kedua, pihak keluarga akan mengikatkan tali pada pergelangan tangan dan pergelangan kaki si kecil kemudian meminta berkat. Umumnya sebelum upacara ini diadakan si kecil belum memiliki nama.
Dalam budaya orang Tionghoa, upacara cukur rambut diberi nama Man Ye /Man Yue yang dirayakan ketika si kecil berusia 1 bulan. Tujuan utamanya adalah memperkenalkan si kecil pada para kerabat dan relasi dari orangtua. Saat acara ini, rambut si kecil akan dicukur, dibungkus dengan kain merah dan dijahit pada bantal si kecil. Hal ini dilakukan dengan harapan agar si kecil menjadi anak yang berani dan tidak mudah takut.
Tuan rumah biasanya akan menyajikan berbagai macam hidangan untuk para tamu, satu yang wajib ada adalah telur yang kulitnya diberi warna merah. Telur melambangkan suatu tahapan kehidupan yang baru sedangkan warna merah melambangkan perayaan dan keberuntungan. Bentuknya yang oval melambangkan harmoni dan kesatuan. Bila si kecil berjenis kelamin laki-laki, telurnya akan berjumlah genap, sebaliknya bila ia perempuan telurnya akan berjumlah ganjil.
Pada era modern dewasa ini, sekarang pihak keluarga lebih suka mengirimkan bingkisan berupa kue atau nasi kotak kepada para kerabat dan relasi, tentunya tidak lupa menyertakan telur. Sebagai gantinya, para tamu akan membawa berbagai jenis kado seperti pakaian, perlengkapan bayi, angpao hingga perhiasan emas.

Budaya Bali
Berbeda lagi dengan di Bali, upacara cukur rambut diadakan ketika si kecil berusia 3 bulan dengan maksud memperkenalkan dunia pada si kecil. Sebelum usia tiga bulan dipercaya si kecil masih memiliki jiwa yang bersih, suci dan dengan upacara ini untuk pertama kalinya si kecil menyentuh tanah melambangkan kembali ke bumi.
Salah satu bagian upacara ini disebut “Ngangkid” yang bermakna penyucian si kecil dari Tuhan yang berada di lautan. Si kecil akan diperciki air suci di tengah lautan oleh pemuka agama Hindu dengan maksud untuk membersihkan segala yang ‘jahat’ pada tubuh si kecil. Setelahnya si kecil akan diserahkan pada orang tuanya di darat.
Selanjutnya upacara dilanjutkan di rumah dengan memakaikan si kecil pakaian adat Bali dan mengikatkan kain pada pergelangan tangan dan kepala si kecil. Pada upacara ini si kecil akan diberikan perhiasan pertamanya, gelang atau gelang kaki yang terbuat dari perak atau emas dan kotak perak yang berisi potongan tali pusat untuk dikalungkan di lehernya. Hal ini dipercaya dapat melindungi si kecil dari kuasa jahat dan ilmu hitam, kemudian upacara diakhiri dengan berdoa bersama orangtua dan si kecil.
Meskipun berbeda daerah, agama dan kepercayaan; tradisi adalah suatu hal yang perlu dilestarikan dan semua tujuannya untuk kebaikan si kecil.

MUSIK ANAK